waynethomasyorke.com

waynethomasyorke.com – Pada tanggal 21 Juni 2024, militer Korea Selatan (Korsel) terpaksa memberikan tembakan peringatan setelah mengidentifikasi tentara Korea Utara (Korut) yang melintasi garis demarkasi militer. Kejadian ini menandai pelanggaran perbatasan ketiga dalam bulan ini, menurut sumber resmi Seoul.

Penguatan Keamanan Perbatasan oleh Korea Utara

Laporan dari Korsel menunjukkan bahwa dalam beberapa bulan terakhir, Korut telah meningkatkan keamanan perbatasannya. Upaya tersebut termasuk penambahan jalur taktis dan instalasi tambahan ranjau darat, yang telah menyebabkan beberapa korban dari kalangan militer Korsel akibat ledakan yang tidak disengaja.

Detil Insiden Terbaru

Sebagaimana dilaporkan Kepala Staf Gabungan Seoul, melalui AFP, kejadian terbaru terjadi pada Kamis pagi saat beberapa tentara Korut yang berada di dalam Zona Demiliterisasi (DMZ) di garis depan berhasil melintasi Garis Demarkasi Militer. Setelah menerima peringatan dan tembakan peringatan dari militer Korsel, para tentara tersebut mundur kembali ke utara.

Insiden Sebelumnya

Sebelumnya, insiden pelanggaran serupa juga tercatat pada 9 Juni dan lagi pada Selasa di minggu yang sama. Militer Seoul menganggap kedua insiden tersebut sebagai tidak disengaja.

Situasi Hubungan Bilateral

Hubungan antara kedua Korea saat ini berada pada titik terendah, terutama setelah kunjungan Vladimir Putin, pemimpin Rusia, ke Korea Utara yang berujung pada penandatanganan perjanjian pertahanan bersama. Hal ini menimbulkan kekhawatiran di Seoul dan memicu pertimbangan ulang kebijakan lama Korsel yang melarang pengiriman langsung senjata ke Ukraina.

Komentar Pakar

Leif-Eric Easley, seorang profesor di Universitas Ewha di Seoul, menyatakan bahwa sementara dunia fokus pada hubungan Putin dengan rezim Kim, tindakan Korea Utara dalam mempercepat pekerjaan konstruksi di perbatasan telah membahayakan tentara mereka. Easley menambahkan bahwa inisiatif tersebut mungkin bertujuan untuk mencegah penetrasi dari Korea Selatan, namun kurangnya komunikasi dan mekanisme pembangunan kepercayaan antar-Korea meningkatkan risiko eskalasi konflik di area perbatasan.